Mereka sebenarnya paham bahwa apabila kalah dalam pertarungan, resikonya
jelas yaitu menjadi miskin. Salah satu alasan bahwa mereka harus
mengeluarkan dana yang besar adalah meraih kemenangan karena kemenangan
adalah prestise dan harga diri. Demi harga diri-lah para calon kepala
desa/para calon bupati/calon gubernur rela untuk jor-joran dengan
pesaingnya. Kadang, di tengah perjalanan dana yang disiapkan oleh para
calon tersebut sudah habis untuk kampanye namun karena sudah kepalang
tanggung dan sudah kepalang basah mereka nekad untuk berhutang. Maka,
diperlukan sponsor dari pihak lain agar seorang calon tidak kedodoran
dana.
Dana dikeluarkan tidak hanya saat kampanye untuk menggali dukungan dari
rakyat, tetapi juga (dalam kasus pemilihan Bupati/Gubernur) yaitu
mencari KENDARAAN POLITIK yang siap untuk mengusung calon tersebut untuk
didaftarkan di KPU. Para calon ini juga harus siap membentuk tim
pemenangan yang biasa disebut tim sukses. Membentuk tim sukses yang
solid, cerdas dan strategis tentu juga membutuhkan dana yang besar. Tim
ini adalah ujung tombak yang menyiapkan strategi komunikasi politik
untuk mengubah pencitraan calon yang biasa menjadi luar biasa sehingga
bisa dikenal, diterima masyarakat dan nanti pada saat pemilihan bisa
dipilih oleh masyarakat.
Selain itu, seorang calon juga perlu menyiapkan dana saat proses
menjelang pemilihan karena umumnya para calon harus menyiapkan SERANGAN
FAJAR untuk memberikan angpau/amplop yang didalamnya disisipi pesan agar
memilih tanda gambar A, B atau C kepada masyarakat.
Inilah realitas politik di negeri kita saat ini. Dimana untuk menjabat
di sebuat jabatan politis yang langsung dipilih oleh rakyat, maka
diperlukan dana untuk MEMBELI SUARA. Saat perhelatan resiko yang juga
harus diantisipasi adalah adanya konflik horizontal antar pendukung.
Teori konflik Ralph Rahrendorf menjelaskan bahwa semakin kecil lingkup
komunitas sebuah persaingan maka resikonya semakin besar terjadi
konflik. Jadi resiko konflik pemilihan presiden lebih kecil dari resiko
pemilihan gubernur, resiko konflik pemilihan gubernur lebih kecil dari
pemilihan bupati. Maka resiko konflik antar pendukung calon kepala
desalah yang paling besar. Sehingga setiap calon kepala desa diharapkan
mampu untuk bertindak bijaksana dan dewasa. Mereka diharapkan mampu
untuk meredam emosi agar para pendukungnya tidak bertindaka anarkis dan
siap menerima kekalahan dan juga siap menerima kemenangan dengan hati
legawa atau ikhlas.
Salah satu yang biasanya tidak absen saat seseorang ingin menang dalam
pemilihan langsung oleh rakyat adalah MEMILIH ORANG PINTAR, DUKUN atau
PARANORMAL YANG BENAR-BENAR BISA MEMENANGKANNYA. Tentu saja ini perlu
menjadi bahan renungan bagi para calon agar nanti jangan sampai salah
pilih orang. Nah, berikut ini panduan yang perlu diketahui untuk memilih
paranormal yang tepat.
1. Pilih “orang pintar” yang benar-benar “suci” yaitu orang tidak punya
hasrat demi mengejar harta Anda. Pilih “orang pintar” yang bebas dari
tendensi apapun. Misalnya, dia minta bila Anda menang maka dia meminta
disediakan rumah, mobil dll. Ini adalah jenis “orang pintar” yang harus
dihindari sebab dia bukan “manusia suci” yang masih memiliki dalih dan
pamrih mendapatkan harta dan benda. Tanda-tanda orang pintar yang bebas
tendensi ini adalah TIDAK MAU MENJANJIKAN KEMENANGAN ANDA. SEBAB
MESKIPUN DIA YAKIN 100 % ANDA MENANG, MAKA INI ADALAH BAHASA WISIK
(“WAHYU”) YANG TIDAK BOLEH DIBUKA KEPADA ORANG LAIN TERMASUK KEPADA
CALON.
2. Pilih “orang pintar” yang paling sulit untuk dicari. Jangan
mendapatkan “orang pintar” dari orang yang mudah didapat dan belum-belum
sudah menjanjikan kemenangan anda. Untuk mendapatkan orang yang sulit
dicari tersebut bisa dari usulan para pendukung anda namun pastikan anda
tahu track record yang bersangkutan dengan mempelajari secara teliti
siapa dia sebenarnya. Petunjuk untuk menggunakan “orang pintar” tersebut
biasanya datang melalui mimpi.
3. Pilih “orang pintar” yang benar-benar bijaksana dan tua. Artinya
bukan tua usianya, namun tua ilmunya dan pastikan dia sudah pernah
melakukan perjalanan spiritual yang panjang hingga tingkat lanjut
sehingga doanya diijabahi/dikabulkan Tuhan. “Orang pintar” semacam ini
tidak akan memberikan amalan yang tidak masuk akal. Sebab meskipun saran
“orang pintar” ini berasal dari kesadaran jiwa/bukan dari kesadaran
fisik (otak) namun kesadaran jiwa tidak pernah melanggar larangan etika
dan norma-norma yang ada.
Bila Anda sudah mendapatkan seorang yang benar-benar “pintar” dan anda
yakin 100 persen bahwa dia adalah orang yang tepat untuk dijadikan
partner untuk menuju kursi pemilihan umum maka langkah selanjutnya
adalah melalui proses demi proses dengan sabar, ikhlas dan nrimo apa
yang akan terjadi. Alangkah lebih baik bila Anda selalu menyiapkan
mental spiritual sebagai seorang satria yang berjuang menegakkan
kebenaran. Karena tujuannya hanya MENEGAKKAN KEBENARAN, maka menang atau
kalahnya anda tidak jadi soal lagi.
Kita tahu, bahwa sebelum seseorang itu maju atau tidak sebagai calon
tentu saja harus dipikirkan dari mana sumber keinginan anda: JANGAN MAJU
BILA SUMBERNYA ADALAH KEINGINAN KARENA KEINGINAN ITU ADALAH NAFSU ATAU
EGO UNTUK BERKUASA. Pemimpin yang sumber keinginannya untuk berkuasa
berasal dari NAFSU maka bisa dipastikan dia adalah pemimpin nantinya
“tidak amanah”, dia tidak akan mampu memegang kominten untuk
mensejahterakan masyarakat baik lahir maupun batin. Bayangkan bagaimana
jadinya bila pemimpin yang belum mampu mengendalikan nafsu dan belum
mampu mengatur dan mengalahkan “diri”nya ini memimpin masyarakat. Maka
dia akan menjadi pemimpin yang tidak punya pamor dan derajat sebagai
pemimpin.
Pemimpin sejati tidak bergelimang harta benda tahta dan wanita. Pemimpin
sejati adalah orang yang siap menjadi orang yang paling miskin dan
melarat. Pemimpin sejati adalah orang yang memiliki prinsip bahwa dia
harus menjadi orang terakhir untuk bahagia dan sejahtera setelah semua
anggotanya merasakan bahagia dan sejahtera. Dia adalah orang yang
pertama kali bersedih bila ada anggotanya bersedih karena belum
sejahtera. Maka pemimpin adalah hati nurani, denyut nadi dan nafas yang
selalu didambakan oleh rakyatnya. Bila Anda siap untuk menjadi pemimpin
sejati, silahkan maju sebagai calon pemimpin dan kita semua pasti akan
menjadi orang yang pertama kali membela Anda.
Jadi amalan buat para calon pemimpin ini pada hakekatnya adalah AMALAN
LAKU. Yaitu amalan yang tidak menggunakan puasa, wirid, hizib dan
doa-doa apapun juga. Amalannya adalah laku perbuatan, karya maupun jasa
anda semasa Anda hidup di tengah komunitas masyarakat tertentu. Tetapkan
batin untuk selalu sinkron dengan kehendak dan iradat-NYA. Insya Allah,
Andalah orang yang tepat untuk menjadi pemimpin yang amanah itu!
assalamamu'alaikum wr wb
BalasHapusPak ustad mohon do'anya, kebetulan pak de saya 2 bulan lagi akan mencalonkan menjadi kepala desa, dan menurut informasi lawanya akan menggunakan politik money besar-besaran. secara umum masyarakat sebagian besar sudah mengenal baik pak de saya, dan yang pantas menjadi pak lurah adalah pak de saya, begitu masyarakat bilang. namun yang menjadi kekawatiran saya adalah sang lawan sudah menyiapkan dana yang sangat besar karena sepintas sang lawan kurang disukai masyarakat, jadi untuk menutupi kekuranganya lawan memainkan politik money.
mohon do'anya agar masyarakat tidak salah dalam memilih pemimpin.
matursuwun,
wassalamu'alaikum wr wb
ibnu mas'ud dari dusun sapen desa candirejo pringapus semarang
assalamu'alaikum wr wb
BalasHapuspak ustad mohon do'anya karena 2 bulan lagi pakde saya akan melaksanakan pemilihan kepala desa, disini calon hanya 2, salah satunya pakde saya. mohon do'anya agar semua warga masyarakat tidak salah dalam memilih pemimpin. terimakasih
wassalamu'alaikum wr wb
Hub saya 081912706999,Rizal n sy ak bntu
BalasHapus